Sabtu, 04 Juli 2015

Analisis Hormon



ANALISA OBAT GOLONGAN HORMON SECARA KUALITATIF
Di Susun Oleh :
KELOMPOK III
FARMASI B
Latri Dwita Sari Amahoru         (70100112050)
Aprianti
Azrul Azhari Ahmad
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universita Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
Samata-Gowa
2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam suatu analisa farmasi, yang ditentukan bukan hanya untuk uji kualitas, tetapi juga untuk uji kuantitasnya. Atau dengan kata lain menentukan adanya suatu zat dalam sediaan dan menentukan seberapa besar kandungan zat aktifnya. Analisa kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa obat yang diproduksi sangat penting untuk dilakukan, karena obat-obat yang beredar dipasaran harus diketahui kadar dan mutunya secara pasti. Senyawa atau bahan kimia obat harus sesuai dengan yang tercantum dalam Farmakope dan buku-buku resmi lainnya.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis obat golongan hormon dimana hormon juga sangat berperan penting dalam proses genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Defenisi hormon
Hormon adalah zat kimia yang terbentuk dalam satu organ atau bagian tubuh dan dibawa dalam darah ke organ atau bagian di mana mereka menghasilkan efek fungsional. Hormon membawa pesan dari kelenjar kepada sel-sel untuk mempertahankan tingkat bahan kimia dalam aliran darah yang mencapai homeostasis. Tergantung pada efeknya masing-masing, hormon dapat mengubah aktivitas fungsional, dan kadang-kadang struktural satu atau beberapa organ atau jaringan.
Hormon berperan dalam pengaturan metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan homeostasis, reaksi terhadap stress, dan tingkah laku. Hormon, istilah ini berasal dari kata Yunani “hormao” yang berarti menggairahkan atau membangkitkan. Hal ini mencerminkan peran hormon yang bertindak sebagai katalis untuk perubahan kimia lainnya pada tingkat sel yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan energi.
Hormon beredar bebas dalam aliran darah, menunggu untuk dikenali oleh sel target yang menjadi tujuan mereka. Sel target memiliki reseptor yang hanya dapat diaktifkan dengan jenis hormon tertentu. Setelah diaktifkan, sel tahu untuk memulai fungsi tertentu, misalnya mengaktifkan gen atau memproduksi energi kembali. Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular,[1] termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
B.  Sifat-sifat senyawa hormon
a)    Diperlukan dalam jumlah yang sedikit untuk memicu pertumbuhan yang besar dalam suatu organisme
b)   Konsentrasi hormon dan kecepatan transportasi dapat berubah dalam merespons stimulus lingkungan
c)    Berinteraksi dengan hormon lainnya dalam responnya terhadap stimulus lingkungan
d)   Bekerja di dalam tubuh
C.  Penggolongan senyawa hormon
Murray et al. (2003) membagi hormon berdasarkan komposisi kimia menjadi dua yaitu hormon glikoprotein dan steroid.
a)    Hormon glikoprotein
Hormon glikoprotein dihasilkan oleh neurohipofisa, adenohipofisa, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, dan pulau Langerhans. Hormon ini tersusun dari asam amino, dan produksinya bergantung pada substrat, suplai energi serta rangsangan biologis. Hormon glikoprotein merupakan hormon molekul hidrofilik yang berikatan dengan reseptor pada permukaan sel target. Berbagai macam hormon glikoprotein yaitu insulin (polipeptida), glukagon (peptida), growth hormon (peptida), thyroid stimulating hormon (glikoprotein), follicle stimulating hormon (glikoprotein), dan adenocorticotropic hormon (peptida).
b)   Hormon steroid
Hormon steroid terbagi menjadi hormon steroid kelamin (estrogen, progestin dan androgen) dan steroid adrenal (glukokortikoid, mineralkortikoid, dan androgen). Hormon steroid dapat menstimulasi laju pertambahan berat badan, pertumbuhan otot, meningkatkan efisiensi pakan, dan menurunkan perlemakan, termasuk lemak intramuskular. Terdapat berbagai jenis hormon steroid yang umumnya digunakan sebagai pemacu pertumbuhan, yaitu estrogen (estradiol, heksoestrol, dietilstilbestrol, dienoestrol dan zeranol), gestagen (progesteron, medroksiprogesteron asetat, megoestrol asetat, melengestrol asetat, altrenogest), dan androgen (testosteron, nortestosteron, trenbolon, metiltestosteron, klorotestosteron asetat, stanzolol, bodenan).
Hormon steroid memiliki struktur kimia yang kompleks, mempunyai kerangka karbon berupa empat cincin yang disebut staeran, serta memiliki inti dasar cyclopentana-perhydrophenanthrene yang terdiri dari 3 cincin phenantherene (A, B, dan C) dengan 6 atom karbon dan cincin D beranggotakan 5 atom karbon
D.  Asal/Sintesa senyawa hormon
a)    Auksin
Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya. IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman.
b)   Sitokinin
Sitokinin umumnya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi di daerah meristematik dan jaringan yang berkembang. Mereka diyakini disintesis dalam akar dan translokasi melalui xilem ke tunas. biosintesis sitokinin terjadi melalui modifikasi biokimia adenin. Proses dimana mereka disintesis adalah sebagai berikut : Sebuah produk jalur mevalonate disebut pirofosfat isopentil adalah isomer, isomer ini kemudian dapat bereaksi dengan adenosine monophosphate dengan bantuan sebuah enzim yang disebut isopentenyl AMP synthase.Hasilnya adalah isopentenyl adenosin-5'-fosfat (AMP isopentenyl).
Produk ini kemudian dapat dikonversi menjadi adenosin oleh isopentenyl pemindahan fosfat oleh fosfatase dan selanjutnya dikonversikan ke isopentenyl adenin dengan menghilangkan kelompok ribosa.
c)    Giberelin
Ø Giberelin dibuat di daun muda, buah yang sedang tumbuh, ujung akar
Ø Sintesis giberelin dipacu oleh hari panjang dan temperatur 20-30o C
Ø Giberelin ditranslokasi lewat berkas pengangkut dan parenkim
d)   Asam Absisat
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat. Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sisntesis isoprenoid seperti giberelin, sterol, dan karotenoid.
E.   Identifikasi senyawa hormon
Pengujian residu secara kuantitatif dilakukan dengan teknik high performance liquid chromatography (HPLC). Secara kualitatif deteksi residu hormon dapat menggunakan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Metode yang banyak digunakan sebagai uji tapis residu kimiawi dalam bahan makanan termasuk residu hormon adalah metode ELISA. Uji ELISA memiliki keunggulan yaitu sederhana, sensitif, efektif dan cepat. Prinsip ELISA secara umum adalah mendeteksi adanya antibodi atau antigen dalam sampel. Adanya ikatan antara antigen dan antibodi yang 18 berpasangan ditandai dengan menggunakan enzim spesifik dan dideteksi melalui penambahan substrat yang dapat dilihat secara visual melalui perubahan warna atau dengan bantuan alat yang dikenal dengan ELISA reader dengan panjang gelombang tertentu.
Metode ELISA terdiri dari beberapa konfigurasi antara lain : ELISA langsung, ELISA tidak langsung, ELISA penangkap antigen atau ELISA sandwich, ELISA penangkap antibodi, dan ELISA kompetitif atau ELISA pemblok Enzyme linked immunosorbent assay langsung merupakan konfigurasi yang paling sederhana.
Konfigurasi ini biasanya digunakan dalam pengujian untuk mendeteksi suatu antigen. Adanya kontaminasi antigen dapat ditunjukkan dengan adanya warna pada supernatan. Warna yang ditunjukkan tergantung dari substrat yang digunakan. Teknik ELISA kompetitif adalah adanya kompetisi antara antigen dan antibodi. Pengujian kompetisi antibodi membutuhkan antigen untuk menangkap antibodi secara langsung maupun antibodi spesifik ke substrat padat. Antibodi yang telah dilabel bersaing dengan antibodi bebas atau antibodi yang tidak dilabel untuk mendapatkan tempat penempelan pada antigen. Semakin banyak antigen dalam sampel, semakin sedikit antibodi yang dapat terikat pada antigen yang menempel pada permukaan well. Antibodi yang telah dilabel dapat dideteksi menggunakan antibodi spesifik
Keberadaan residu MGA pada daging dan offal juga dapat dideteksi menggunakan gas chromatography mass spektrometri (GCMS) dan liquid chromatography mass spektrometri (LC-MS) Pemeriksaan dengan GC-MS menggunakan filter massa ion, namun kelemahan metode ini adalah repeatabilitas yang rendah akibat efek matriks. Limit deteksi dari GC-MS adalah sebesar 0,2-1 ppb. Metode LC-MS banyak digunakan sebagai uji komplemen dari GC-MS terhadap analisa residu hormon dikarenakan memiliki kelebihan dapat menentukan polar dan non polar Metode LC-MS dilakukan dengan evaporasi ekstraksi sampel lemak hewan, kemudian dilarutkan pada fase cair dan dianalisa dengan LC-MS. Limit deteksi LC-MS bagi pengujian progesteron adalah sebesar 0,1 ppm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar