Sabtu, 04 Juli 2015

Rute Pemberian Sediaan Steril



Tugas Kelompok
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL


 Disusun Oleh :
Kelompok 4
Latri Dwita Sari Amahoru      (70100112050)
Qoriatul Aeni                          (70100112)
Eka Safitri                               (70100112)
Ikhfa Rezkiyah                       (70100112)
Istoqamah                               (70100112)
Indra                                       (7010011)
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 
SAMATA-GOWA
2015

Rute pemberian sediaan steril berdasarkan tempat pemberian
1.      Rute Intravena (i.v)
Pemberian obat secara intravena menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan dengan cara-cara pemberian lain dan karena absorbsi obat tidak menjadi masaalah, maka tingktaan darah optimum dapat dicapai dengan ketepatan dan kesegeraan yang tidak mungkin didapat dengan cra-cara lain. Pada keadaan gawat, pemberian obat lewat intravena dapat menjadi cara yang menyelamatkan hidup karena penempatan obat langsung ke sirkulasi darah dan kerja obat yang cepat terjadi. Sebaliknya sekali obat diberikan lewat intravena maka obat itu tidak dapat ditarik lagi, ini merupakan keburukan pemberian obat lewat intravena (Ansel.2008.401)
Walaupun hampir semua vena permukaan cocok untuk penusukan vena, tetapi vena-vena didaerah antecubital (dibagian depan siku) biasanya dipilih untuk suntikan intravena langsung. Vena didaerah ini besar, dipermukaan dan mudah dilihat dan ditusuk. Hamper semua dokter memasukkan jarum dengan potongan yang miring menghadap ke atas dan ujung tertajam jarum mengenai vena, untuk memastikan bahwa arah aliran obat yang disuntikkan sama dengan arah aliran darah. Tindakan-tindakan aseptic yang ketat harus dilakukan setiap waktu untuk menghindarkan resiko infeksi. Tidak hanya larutan obat suntik yang harus steril tetapi juga jarum dan alat suntik yang digunakan harus steril serta titik dimana jarum masuk harus dibersihkan untuk mengurangi kemungkinan terbawanya bakteri dsri kulit ke darah lewat jarum (Ansel.2008.402)
2.      Rute Intramuscular (i.m)
Pemberian obat lewat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat intravena. Biasanya obat suntik dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorbsi daripadsa sediaan minyak (Ansel.2008.403)
Suntikan intramuscular dilakukan dengan memasukkan kedalam otot rangka. Tempat suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf utama atau pembuluh-pembuluh darah utama. Kerusakan akibat suntikan intramuskula biasanya berkaitan dengan titik tempat jarum ditisikkan dan dimana obat ditempatkan. Kerusakn itu meliputi paralisis akibat rusaknya saraf, abses, kista, emboli, hematom, terkelupasnya kulit, dan pembentukan parut. (Ansel.2008.403)
Pada orang dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intramuscular adalah ¼ bagian atas luar otot gluteus maksimus (di bokong). Pada bayi daerah gluteal (bokong) sempit dan komponen utamanya adalah lemak bukan otot. Otot disitu tidak berkembang dengan baik. Penyuntikan didareah ini dapat berbahaya sekali karena dekat dengan saraf sciatic, terutama bila anak itu menolak disuntik atau menggelat-geliat atau meronta-ronta. Oleh karena itu, pada bayi dan anak kecil otot deltoid di lengan atasotot midlateral di paha lebih disukai sebagai tempat penyuntikan i.m. suntiikan yang diberikan lebih baik diberikan dibagian atas/bawah deltoid Karen alebih jauh dari saraf radial. Deltoid juga digunakan pada orang dewasa tetapi lebih terasa nyeri dibandingkan bila disuntikkan didaerah gluteal. Bila suntikan diberikan terus-menerus, biasanya suntikan diberikan ditempat yang berbeda. Untuk memastikan bahwa pembuluh darah tidak tertusuk, sambil memasukkan jarum suntik, alat suntik dapat ditarik sedikit untuk mengetahuin apakah ada darah yang masuk ke alat suntik. Volum eyang umum diberikan lewat i.m sebaiknya dibatasi paling bnayka 5 mL bila disuntikkan di daerah gluteal dan 2 mL bila di deltoid (Ansel.2008.403) 
3.      Rute Intradermal (i.d)
Sejumlah zat bisa diinjeksikan dengan efektif ke dalam corium, yang merupakan lapisan kulit yang lebih vascular di bawah epidermis. Zat-zat ini meliputi berbagai zat untuk penentuan diagnosis, pengurangan kepekaan, atau imunisasi. Tempat injeksi intradermal yang biasa adalah permukaan anterior dari lengan muka. Biasanya digunakan jarum suntik yang pendek (3/8 inci) dan sempit (ukuran 23-26 gauge). Jarum tersebut disispkan secara hotizontal kedalam kulit dengan serongan menghadap keatas. Injeksi tersebut dimulai pada saat serongan mulai tidak terlihat menuju ke corium. Biasanya dengan cara ini hanya bisa diberikan volume ± 0.1 mL (Ansel.2008.404)
4.      Rute Subkutan(s.k)
Pemberian rute subkutan digunakan untuk menyuntikkan sejumlah kecil obat. Obat disuntikkan dibawah permukaan kulit yang umumnya dilakukan di jaringan interstitial longgar lengan, lengan bawah, paha atau bokong. Tempat suntikan biasanya berbeda bila suntikkan diberikan terus menerus. Sebelum disuntikkan, tempat penyuntikkan harus dibersihkan dengan seksama. Volume suntikkan sub kutan jarang lebih besar dari 2 mL. karena itu alat suntik yang umum digunakan adalah yang 2 mL dengan jarum sepanjang 5/8 atau 7/8 inci yang berukuran 21-26 gauge (yang paling umum 25 gauge). Pada waktu penusukan, bila di alat suntik terlihat darah maka harus dicari tempat lain untuk penyuntikan (Ansel.2008.404)
Obat-obat yang mengiritasi atau yang berbentuk larutan suspense kental mungkin dapat menimbulkan sakit, lecet atau abses dan mungkin sangat nyeri. Sedian-sediaan ini sebaiknya tidak diberikan untuk suntikan subkutan (Ansel.2008.404)
5.      Rute intraarterium (i.a)
Disuntikkan kedalam pembuluh darah arteri/perifer/tepi, volume antara 1-10 mL, tidak boleh mengandung bakterisida
(Syamsuni.2006:197)
6.      Rute intrakordal/intrakardiak (i.kd)
Disuntikkan langsung ke dalam otot jantung atau ventrikel, tidak boleh mengandung bakterisida, disuntikkan hanya dalam keadaan gawat
(Syamsuni.2006:197)
7.      Rute intratekal (i.t), intraspinal, intrasternal (i.s), intradural (i.d), subaraknoid
Disuntikkan langsung ke dalam saluran sumsum tulang belakang didasar otak (antara 3-4 atau 5-6 lumbar vertebrata) tempat terdapatnya cairan serebrospinal. Larutan harus isotonis karena sirkulasi cairan serebrospinal lambat, meskipun larutan anatetik untuk sumsum tulang belakang sering hipertonis. Jaringan saraf di daerah anatomi ini sangat peka.
(Syamsuni.2006:197)
8.      Rute intraartikular
Disuntikkan ke dalam cairan sendi di dalam rongga sendi. Bentuknya suspensi atau larutan dalam air
(Syamsuni.2006:197)
9.      Rute subkonjungtiva
Disuntikkan ke dalam selaput lender di bawah mata. Berupa suspensi atau larutan, tidak lebih dari 1 mL.
(Syamsuni.2006:197)
10.  Rute intrabursa
Disuntikkan ke dalam bursa subcromillis atau bursa olecranon dalam bentuk larutan suspense dalam air.
(Syamsuni.2006:198)
11.  Rute intraperitonial (i.p)
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan berlangsung cepat; namun bahaya infeksi besar.
(Syamsuni.2006:198)
12.  Rute peridural (p.d), ekstradural, epidural
Disuntikkan ke dalam ruang epidural, terletak di atas durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan sum-sum tulang belakang.
(Syamsuni.2006:198)

Daftar Pustaka
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.    Jakarta : UI-Press
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar